Blogger Template by Blogcrowds

Membangun sebuah bisnis mirip dengan perjudian. Tak setiap entrepreneur berhasil, terutama saat mencoba pertama kali. Tentu ada imbalan yang menanti. Banyak entrepreneur dari berbagai skala usaha menyadari bahwa imbalan ini akan jauh lebih besar dari risiko yang ditanggung. Sebelum seorang entrepreneur menangguk untung, ia harus bersiap untuk menghadapi risiko dan mengelolanya agar tidak tersungkur di perjalanan mencapai sukses. Risiko yang muncul saat seseorang menjadi wirausahawan sangatlah nyata. Kadang bisnis berjalan tersendat. Bahkan perusahaan besar yang sudah berusia puluhan tahun bisa runtuh begitu saja jika krisis besar terjadi dalam perekonomian dan bisnis. Meskipun sebuah ide bisnis memiliki banyak potensi, ia juga dapat menyedot banyak biaya lebih tinggi dari yang diperkirakan hanya untuk memperkenalkannya ke pasar. Upaya meluncurkan produk ke pasar menjadi biang keladi kebangkrutan David Murray, seorang eks karyawan Google yang meninggalkan pekerjaannya dengan gaji besar di sana untuk meluncurkan produk berupa aplikasi iPhone yang gagal di pasar. Kini ia harus bergelimang utang. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Murray? Kita perlu sadari bahwa mayoritas entrepreneur sukses telah mengalami kegagalan berkali-kali dalam skala yang tak terbayangkan di masa lalu. Bahkan entrepreneur sekaliber Steve Jobs yang menjalankan lebih dari satu perusahaan yang berdampak besar pada dunia teknologi tercatat mengalami kegagalan saat mendirikan platform NeXT. Dalam banyak cara, entrepreneurship menjadi sebuah pertanyaan pembelajaran yang memberikan pelajaran berharga tentang kegagalan dan membangun kembali bisnis setelahnya sehingga Anda bisa kembali gagal di tingkatan yang lebih tinggi, jika diperlukan. Di tingkatan yang lebih tinggi ini seorang entrepreneur lebih dekat dengan visi yang ia canangkan. Dengan memilih untuk tidak mempertaruhkan segalanya dan melindungi keamanan finansial (dan keluarga) memang masuk akal untuk para entrepreneur. Saat Anda mempertimbangkan bahwa model bisnis bisa setrendi produk busana dan bahwa banyak entrepreneur baru akan mengejar suatu hal yang tampak populer, tingkat kegagalan yang tinggi dalam bisnis baru tidaklah mencengangkan. Namun demikian, jangan serta merta Anda mempertaruhkan segala yang Anda miliki hanya untuk menggapai kesuksesan dari sebuah ide yang belum teruji. Mempertaruhkan segala yang Anda miliki demi 1 ide bisnis yang masih kabur ialah ide yang buruk bahkan jika Anda sudah memiliki ‘alasan kuat’. Ada banyak cara yang lebih terjangkau untuk mengevaluasi dan menguji ide bisnis sebelum Anda memutuskan terjun dalam produksi massal. Anda juga bisa meminimalkan risiko yang harus dihadapi dengan membatasi jumlah aset yang Anda pertaruhkan. Ada juga risiko di luar aspek keuangan yang harus diperhitungkan. Saat Anda berinvestasi pada sebuah bisnis, Anda hampir pasti akan membatasi kemampuan Anda untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. Ini akan menjadi kendala emosional yang pelik bagi seorang entrepreneur. Tentu, ada imbalan bagi keluarga yang mendukung karir seorang entrepreneur terutama yang masih jatuh bangun membangun bisnisnya sendiri. Bahkan seorang entrepreneur mungkin memiliki peluang untuk menjangkau lebih jauh orang-orang yang mungkin sebelumnya tak tersentuh jika ia tidak memilih profesi entrepreneur. Bayangkan dampak positifnya bagi mereka yang ada di sekitar Anda. Sebagai entrepreneur, Anda juga akan dapat berkontribusi lebih banyak bagi peningkatan kesejahteraan orang banyak. Intinya, sebagai entrepreneur Anda harus menyadari adanya risiko-risiko ini. Namun, hendaknya jangan biarkan risiko ini menghambat Anda bergerak maju. Kurangi risiko ini dengan membangun strategi dan perencanaan secara berkesinambungan dan dinamis. Risikonya memang lebih tinggi namun itu setara dengan kesulitan yang dialami.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda