Blogger Template by Blogcrowds


Dayak atau Daya adalah suku-suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi adalah yang memiliki budaya terestrial (daratan, bukan budaya maritim). Sebutan ini adalah sebutan umum karena orang Daya terdiri dari beragam budaya dan bahasa. Dalam arti sempit, Dayak hanya mengacu kepada suku Ngaju (rumpun Ot Danum) di Kalimantan Tengah, sedangkan arti yang luas suku Dayak terdiri atas 6 rumpun suku. Suku Bukit di Kalimantan Selatan dan Rumpun Iban diperkirakan merupakan suku Dayak yang menyeberang dari pulau Sumatera. Sedangkan suku Maloh di Kalimantan Barat perkirakan merupakan suku Dayak yang datang dari pulau Sulawesi. Penduduk Madagaskar menggunakan bahasa yang mirip dengan bahasa Maanyan, salah satu bahasa Dayak (Rumpun Barito)

Sejarah

Ada banyak pendapat tentang asal-usul orang Dayak. Sejauh ini belum ada yang sungguh memuaskan. Pendapat umumnya menempatkan orang Dayak sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Gagasan (penduduk asli) ini didasarkan pada teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi.

Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun yang lalu tepatnya pada periode Interglasial-Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi kelompok suku semi nomaden (tergolong manusia modern, Homo sapiens ras Mongoloid). Penggalian arkeologis di Niah-Serawak, Madai dan Baturong-Sabah membuktikan bahwa kelompok ini sudah menggunakan alat-alat dari batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka juga sudah mengenal teknologi api. Kelompok ketiga datang kurang lebih 5000 tahun silam. Mereka ini berasal dari daratan Asia dan tergolong dalam ras Mongoloid juga. Kelompok ini sudah hidup menetap dalam satu komunitas rumah komunal (rumah panjang?) dan mengenal tekhnik pertanian lahan kering (berladang). Gelombang migrasi itu masih terus berlanjut hingga abad 21 ini. Teori ini sekaligus menjelaskan mengapa orang Dayak memiliki begitu banyak varian baik dalam bahasa maupun karakteristik budaya.

Apabila berbicara baik kepada yang lain, kebaikan akan kembali kepadamu. Kebaikan dan pujian dari yang lain yang engkau katakan, pada hakikatnya adalah untuk dirimu sendiri. Kesejajaran/kesetaraan akan terjadi ketika seseorang menanami taman dan tanaman obat di sekitar rumahnya.

Apabila membiasakan diri berbicara baik kepada orang lain, engkau selalu berada di dalam “surga”. Ketika melakukan kebaikan untuk orang lain engkau akan menjadi temannya, dan kapan pun berpikir tentang engkau, dia akan memikirkan dirimu sebagai teman-dan pikiran seorang teman, terasa mendamaikan sebagaimana bunga di taman. Ketika engkau berbicara buruk kepada orang lain, engkau bisa menjadi buruk dalam pandangannya hingga kapan pun memikirkanmu dia kan membayangkan ular atau kalajengking, atau duri dan tanaman liar berduri.

Sekarang, apabila dapat melihat pada bunga di taman siang dan malam, kenapa engkau mesti mengelana di dalam potongan kayu atau lubang ular ? cintailah setiap orang hingga engkau, selalu berada di dalam bunga-bunga taman. Apabila membenci setiap orang dan membayangkan musuh di mana pun, itu seperti mengembara siang dan malam di dalam potongan kayu keras dan lubang ular.

Orang baik mencintai semua orang sebagai kebaikan, tidak atas nama orang lain tetapi atas namanya sendiri, kalau-kalau bayangan kebencian, kejijikan muncul di dalam pandangan mereka. Karena tidak ada pilihan di dunia ini selain memikirkan orang-orang, orang baik telah berusaha keras untuk memikirkan orang lain sebagai sahabat hingga kebencian tidak merusakkan jalan mereka.

Maka, segala sesuatu yang engkau lakukan dengan hormat kepada orang dan setiap sebutan yang engkau buat tentang mereka, baik atau buruk, semuanya kan kembali kepadamu. Maka tuhan mengatakan, “dia yang berbuat kebenaran, melakukan untuk manfaat jiwanya sendiri; dan dia yang melakukan kejahatan, melakukannya untuk hal yang sama” , dan “siapa pun pernah berbuat kejahatan sebesar semut sekalipun, akan mengalami hal yang sama”.

Baik orang yang tidak baik dan orang yang baik, sama-sama mengangungkan tuhan. Tuhan pernah berfirman bahwa siapa pun mengikuti jalan yang benar, melakukan kepatuhan, dan setia pada hukum ilahi, dia akan mendapatkan kenikmatan, pencahayaan, dan kehidupan agung.

Dia juga berfirman bahwa siapapun yang melakukan hal sebaliknya, akan menemukan kegelapan, ketakutan, dan lubang neraka serta kesengsaraan. Karena baik orang baik dan tidak baik melakukan sesuai dengan itu, dan karena janji tuhan benar-benar muncul, tidak lebih dan tidak kurang, maka keduanya mengagungkan tuhan, satu pihak dengan “bahasa” yang satu dan yang lain dengan bahasa yang lainnya.

Tetapi betapa berbedanya antara pengagung yang satu dengan lainnya ! sebagai contoh, seorang pencuri mencuri dan digantung atas kejahatannya. Dia adalah “pendeta” bagi orang-orang baik-yakni dia “berkata”, “siapa pun yang mencuri akan diselesaikan seperti ini.” Orang lain dihadiahi raja karena keadilan dan keamanahannya. Dia juga adalah “pendeta” bagi orang baik. Ceramahnya pencuri dengan satu ”bahasa” dan orang yang amanah dengan bahasa yang lain. Tetapi lihatlah betapa berbeda antara keduanya !

Keharusan umat Muslim untuk saling-mengenal antar umat manusia adalah titah Allah. Demikian firman-Nya; "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal (di antara kamu). Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al Hujuraat, 13)

Dengan saling kenal-mengenal seseorang akan mendapatkan banyak sahabat dan kemungkinan menciptakan persaudaraan. Kenal-mengenal adalah syarat utama persahabatan dan persaudaraan. Kenal-mengenal secara mendalam akan menciptakan saling menghargai, tolong-menolong dan cintakasih. Dengan kenal-mengenal kita dapat menghargai perbedaan, apapun perbedaan itu. Baik itu perbedaan pendapat, perbedaan suku. Bangsa, warna kulit maupun agama.

Selebihnya, ayat Qur'an di atas menegaskan bahwa kenal-mengenal akan menghadirkan ketaqwaan. Dan ketaqwaan akan menghilangkan sifat-sifat kesombongan dengan membangga-banggakan keturunan, warna kulit, pangkat, kekayaan, kecantikan dan ketampanan. Tidak ada kelebihan antara orang Arab dengan orang bukan Arab, antara orang Cina dengan orang Jawa, antara orang yang berkulit putih dengan orang yang berkulit hitam, antara yang berhidung mancung dengan yang berhidung pesek. Jadi kenal-mengenal membuat Manusia akan lebih menghargai bahwa kedudukan mereka adalah sama di sisi Allah Sang Khaliq. Dan bagi Allah hanyalah keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya-lah ukuran kelebihan masing-masing manusia.

"Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk-bentuk dan jasad kamu, tetapi memandang kepada hati dan amal perbuatan kamu. Taqwa itu di sini, taqwa itu di sini, taawa itu di sini (beliau sambil menunjuk ke dada)." (H.R. Imam enam kecuali Imam Nasa'i)

Demikianlah, ternyata kenal-mengenal begitu teramat pentingnya bagi orang-orang yang menginginkan persahabatan dan ketaqwaan.
Berbicara mengenai persahabatan dalam ketaqwaan, ajaran Islam menghadirkannya dalam dimensi universal dan abadi lewat kitab suci AlQur'an dan As-Sunnah. Untuk itu guna menuju umat terbaik, komunitas umat muslim wajib menghadirkannya bagi kemuliaan dan rahmat alam semesta. Dan lewat kenal-mengenal antar umat dalam artian luaslah pintu gerbang syurgawi rnungkin didapatkan di dunia ini sebagai implementasi Islam rahmatan lil alamin.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda