Blogger Template by Blogcrowds

Photobucket

JALAN LURUS DENGAN KALIMATUN SAWA’
(titik temu agama-agama)

Setelah melihat uraian di atas lalu, bagaimana menurut perspektif Islam? Islam sepertinya lebih "mendekati" pendirian inklusifisme, kritis-ekumenis dan sekaligus Pluralis.

Budi Munawar Rachman dalam artikelnya yang berjudul Filsafat Perennial dan Masalah Klaim Kebenaran berpendapat; Salah satu kesadaran yang sangat berakar dalam pandangan seorang Muslim: Agama Islam adalah sebuah agama universal untuk sekalian umat manusia sekaligus sekalian alam. Landasan prinsip-prinsip tersebut adalah Tunggal, meskipun ada berbagai manifestasi lahiriahnya yang beraneka ragam. Ini juga yang telah menghasilkan pandangan antropologis bahwa pada mulanya umat manusia adalah Tunggal, karena berpegang kepada Kebenaran Tunggal (Tuhan). Tapi kemudian manusia berselisih paham, justru setelah penjelasan tentang Kebenaran itu datang, dan mereka berusaha memahami Kebenaran itu, setaraf dengan kemampuan atau sesuai dengan keterbatasan mereka. Sehingga di sinilah mulai terjadi perbedaan penafsiran terhadap kebenaran Yang Tunggal itu. Perbedaan itu itu kemudian dipertajam oleh kepentingan pribadi dan kelompok (vested interest).

Kesatuan asal umat manusia itu dilukiskan Alqur'an, "...adalah manusia itu melainkan semua merupakan umat yang tunggal, kemudian mereka berselisih." (QS.10:19)

Pokok pangkal kebenaran universal yang tunggal itu ialah paham Ketuhanan Yang Maha Esa, atau Tauhid. Tugas para rasul adalah menyampaikan ajaran tentang Tauhid ini, serta ajaran tentang keharusan manusia tunduk patuh hanya kepada-Nya saja (Islam).Dan, justru berdasarkan paham ketauhidan inilah, Alqur'an mengajarkan paham kemajemukan keagamaan (religious plurality). "Tidak ada paksaan untuk beragama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa ingkar kepada Thaghut (syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah), dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus."(QS. 2:256)

Dalam pandangan teologi Islam, sikap ini dapat ditafsirkan sebagai suatu harapan kepada semua agama yang ada: Bahwa semua agama itu pada mulanya menganut prinsip yang sama. Karena alasan inilah Alqur'an mengajak kepada "titik pertemuan" atau dalam istilah Alqur'annya adalah: kalimatun Sawa'. "Katakanlah olehmu (Muhammad): wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimah sawa'} antara kami dan kamu: yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak memeperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai "tuhan-tuhan " selain Allah. "(QS. 3:64)

Implikasi dari kalimah sawa' ini adalah: siapa pun dapat memperoleh "keselamatan" asalkan dia beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, dan berbuat baik. Pandangan ini akan mendorong umat Islam secara normatif untuk menghargai kemajemukan keagamaan lewat sikap-sikap toleransi, dan keterbukaan seperti dicerminkan dalam konsep tentang siapa yang digolongkan sebagai Ahli Kitab.

Demikianlah, Islam berpandangan mengenai Kebenaran haluan hidup, yaitu manusia hendaknya menuju jalan yang lurus dengan kalimah sawa', yakni (minimal) beriman kepada Allah dan berbuat baik, sebagai titik pertemuan adanya keberagaman jalan hidup (agama). Garansi minimal untuk selamat di akherat dalam Islam mensyaratkan; cukup percaya dan mengakui bahwa Allah adalah Tuhan Yang Esa -- Laa ilaha ilallah-- la kamislihi saiun/tidak menyerupai apapun (mutlak=tauhid), maka orang yang meyakini itu dijamin Allah masuk syurga, walaupun kloter terakhir..!!

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda