Blogger Template by Blogcrowds

Sepertinya ingin menunjukkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak terpengaruh dengan dinonaktifkannya Ketuanya. Senin (11/5) KPK mengumumkan bahwa 30 orang baik saksi maupun tersangka dalam berbagai kasus korupsi sedang disidik komisi antikorupsi tersebut.

"Kami memanggil sekitar 30 orang untuk diperiksa," ungkap Juru Bicara KPK, Johan Budi, kepada wartawan di Jakarta, Senin (11/5).

Sebanyak 30 orang tersebut yang diperiksa KPK itu terkait dalam berbagai kasus, antara lain kasus dugaan korupsi pengadaaan alat Customer Management System (CMS) di PLN Jawa Timur dan kasus dugaan suap di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).

Kasus lainnya adalah kasus pengadaan alat kesehatan di Departemen Kesehatan, kasus penyelewengan APBD Kabupaten Supiori, dan kasus proyek Pelabuhan Tanjung Api-Api Sumatera Selatan. Bahkan, untuk dua kasus terakhir, KPK memeriksa orang yang menjadi tersangka dalam kasus itu.

Dalam kasus APBD Supiori, KPK memeriksa Bupati Supiori Jules Warikar sebagai tersangka. Sedangkan di kasus Tanjung Api-Api, komisi memanggil mantan Gubernur Sumatera Selatan, Syahrial Oesman, yang juga telah ditetapkan sebagai tersangka.

Sementara itu, dalam kasus PLN Jawa Timur, KPK pada Senin (11/5) ini memeriksa saksi antara lain Komisaris PLN Batam Djoko Suwono, Manajer Perencanaan PLN Arief Nur Hidayat, dan Deputi Manajer Teknologi Informasi PLN Ignatius Sumadiono.

Dalam kasus PLN Jawa Timur yang diduga merugikan negara hingga Rp80 miliar, KPK telah menetapkan status tersangka kepada mantan General Manager PLN Jawa Timur, Haryadi Sardono, yang kini menjabat sebagai Direktur PLN Luar Jawa dan Bali.

Johan menegaskan, KPK tetap akan bekerja secara profesional sesuai dengan kewenangannya meski Ketua KPK nonaktif Antasari Azhar telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasrudin Zulkarnaen.

ARAHKAN DAYA PIKIR MENCARI KEBENARAN

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati, semuanya itu ahan dimintai pertanggungjawabannya." (17:36)


Kebanyakan orang tidak pernah menggunakan daya pikirnya, sekali pun untuk merenungkan dan mempertanyakan keberadaan dirinya sendiri. Siapa aku sebenarnya? Sebenarnya kenapa aku hidup? Apa tujuan hidup sebenarnya? Dan bagaimana aku hidup yang benar? Pertanyaan-pertanyaan itu cukup "sederhana". Karena "sederhananya" orang menjadi lupa dan sering kelihatan tolol dan lucu tatkala membicarakannya. Dan kadang kita merasa malu untuk menjawabnya. Sebab, ternyata persoalan yang muncul dari pertanyaan "sederhana" itu lebih dalam dan rumit daripada jawaban yang diharapkan. Jawaban rumit tersebut berlaku juga untuk pertanyaan, Sudahkah aku memeluk agama yang benar? Sebenarnya agama mana yang benar itu? Apakah semua agama itu sama?

Bingung, tentu itu pikiran yang terlintas di dalam otak dan hati kita. Sebab, kita tidak terbiasa dengan pertanyaan dan persoalan yang demikian. Padahal jawaban atas pertanyaan itu adalah hakekat hidup kita. Maaf, kebanyakan manusia perjalanan hidupnya seperti layaknya seekor binatang, yaitu mereka hidup sepertinya hanya untuk lahir, bekerja mencari makan, kawin, beranak dan mati. Sepertinya mereka tidak pernah memikirkan arti hidup. Artinya, mereka belum mengarahkan daya pikirnya untuk mencari kebenaran.

Tentu kita semua tidak ingin seperti demikian. Kita sesungguhnya telah diciptakan menjadi manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (sempurna) oleh Tuhan dan kita kemudian tidak ingin dikembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). (QS. 95:4-5) Allah juga berfirman: "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam itu), kebanyakan dan jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih rendah lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A'raaf 179)

Kembali kepada perumpamaan binatang. Contohnya ayam, ia hidup hanya sekedar untuk lahir, makan, kawin, beranak dan mati. Apakah kita manusia ingin hanya sekedar untuk itu. Lalu apa gunanya kita diberi daya pikir (akal) dan hati. Seekor binatang wajar ia hidup seperti itu sebab ia tidak berakal dan berhati. Tetapi manusia, ia akan lebih rendah dari binatang tatkala ia tidak mempergunakan daya pikir (akal) dan hatinya untuk mengenal, memahami dan melaksanakan hakekat hidupnya.

Selanjutnya, dimanakah kebenaran hakekat hidup itu? Melalui jalan apa? Melalui agama apa? Apakah semua agama itu sama dan benar?

kayanya kali iniudah dulu tunggu sambunganya deh
Blog Advertising



Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda