beberapa program berita yang ada di sejumlah stasiun televesi swasta, maupun televisi lokal, hampir setiap hari menggelar berita tentang penggusuran, entah itu penggusuran PKL-LAH, pERUMAHAN liar -lah, atau penggusuran tempat prostitusi.
dalam menampilkan berita tentang penggusuran, setiap televisi berlomba-lomba menyajikan gambar yang paling menyentuh hati penonton (human interest), para krew program berita pun tidak lupa meminta pernyataan dari setiap pihak, baik korban maupun pelaku.
coverbothside pun di selalu diutamakan dalam setiap berita penggusuran. karena keberimbangan berita merupakan syarat mutlak sebuah berita untuk dapat turun di masyarakat (kec infotainment).
namun, dalam hal kedalaman nilai berita, saya rasa dalam berita penggusuran masih perlu mendapat perbaikan, dalam berita penggusuran, para kru program biasanya memasukkan sync dari korban yang menyatakan " biasanya ktia bayar retribusi, kok kita masih digusur sih" atau sync "kita udah tinggal di sini lebih dari 10 tahun, tapi kok kita digusurnya sekarang."
pertanyaannya saya, mengapa pernyataan dari setiap sumber berita tersebut, tak diwakilkan oleh reporter untuk ditanyakan kepada para pelaku (pejabat, satpol-pp, atau dinas pemerintahan). kita sebagai penonton selalu dibuat "ngambang" oleh pemberitaan seperti ini, tidak ada tindak lanjut dari pernyataan narsum (sync). padahal pernyataan tersebut merupakan sebuah berita besar. apakah wartawan kita sedang mengalami kelemahan dalam menggali berita? atau kebijakan politik media yang membuat para wartawan enggan menggali berita tersebut (pernyataan narsum).
0 Comments:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda