Catatan dari Rebelina Revolusionerita
Bayangkan kalau semua wanita di dunia menolak perbedaan dari laki-laki!
Pernahkah sempat Anda memperhatikan beraneka jenis bentuk paruh yang dimiliki burung-burung yang ada di sekitar Anda? Si Kakatua, misalnya, paruhnya melengkung, karena ia memanfaatkannya untuk mencongkel biji-bijian yang menjadi makanannya. Sementara Pelikan mempunyai kantung besar di bagian bawah paruhnya, sehingga ia bisa menyimpan ikan di sana untuk persediaan makannya. Dan, si bangau berparuh amat panjang, yang ternyata sangat membantunya untuk memangsa ikan di dalam air tanpa ia harus menenggelamkan kepalanya!
Begitulah kehebatan Allah SWT, yang telah memberikan bentuk yang berbeda-beda bagi setiap makhluk sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ada hubungan erat dan saling mempengaruhi antara bentuk fisik dan pola kehidupan serta kebutuhan makhluk-makhluk hidup itu. Tak terkecualli juga pada makhluk hidup yang namanya manusia.
Ketika janin mulai terbentuk dalam rahim ibu, hanya ada dua pilihan yang akan terjadi, yaitu apakah ia akan menjadi janin laki-laki, ataukah perempuan. Segera jika satu pilihan telah ditentukan, akan berkembang bentuk-bentuk fisik yang khas bagi tiap jenis kelamin. Pada masa perkembangan janin tersebut, yang paling mudah diamati adalah perbedaan bentuk fisik alat kelamin.
Untuk selanjutnya, setelah kelahiran, dalam pertumbuhan hingga dewasa, akan semakin banyak perbedaan fisik yang nampak, tanpa dapat dihindari maupun dicegah. Otot bayi laki-laki berkembang lebih kuat, organ-organ tubuhnya pun lebih berat. Bayi perempuan tumbuh dengan organ-organ khas kewanitaan, seperti payudara, rahim lengkap dengan vaginanya.
Apa artinya Allah ciptakan perbedaan-perbedaan ini? Tentu, semua ini menjadi bukti adanya perbedaan esensial antara perempuan dan laki-laki. Untuk apa Allah alirkan air susu melalui payudara ibu, kalau bukan untuk kehidupan anak-anaknya? Untuk apa Allah kuatkan otot laki-laki, jika tidak untuk bekerja berat mencari nafkah?
Dengan teliti dan sangat sempurna, Allah telah rancang bentuk fisik manusia sesuai dengan tugas masing-masing di sepanjang kehidupannya. Jujur harus diakui, bahwa perbedaan peran, tugas serta spesifikasi antara dua jenis kelamin manusia sudah dibawa secara fitrah semenjak kelahirannya. Nonsens jika dikatakan bahwa tak ada pembagian tugas yang baku antara laki-laki dengan perempuan, seperti kata kaum feminis.
Golongan ini berpendapat, kalaupun ada perbedaan antara keduanya, terbatas pada fungsi reproduksinya saja. Namun adalah hak perempuan yang harus dihormati jika ia memilih untuk tidak menggunakan hak reproduksinya itu. Coba bayangkan jika pendapat seperti ini dianut semua perempuan Indonesia, bisa-bisa tingkat kelahiran di negara dengan ratusan juta penduduk ini hanya sepuluh bayi dalam setahun.
Lantas bagaimana dengan mengalirnya air susu dari payudara ibu? Air susu ini bukan sekadar makanan bagi bayi untuk mempertahankan kehidupannya. Lebih dari itu, pemberian air susu ini adalah sebuah pendidikan terbaik bagi mereka, setidaknya selama dua tahun awal kehidupannya.
Ibu, bukankah air susu itu memancar begitu saja begitu si jabang bayi lahir? Bukan ibu yang mengaturnya dan ibu tak bisa menghentikannya kecuali dengan paksaan. Apa artinya ini? Allah telah tentukan bahwa itulah hak si bayi selama dua tahun pertama. Jika ibu menghentikannya dengan sengaja, menggantinya dengan susu botol buatan pabrik, betapa zhalimnya perbuatan itu! Jika seorang ibu enggan menyusui bayinya, buat apa ia memiliki payudara?
Sementara mereka yang konsisten menyusui bayinya selama dua tahun pertama, itu berarti tidak bisa meninggalkan bayinya untuk waktu yang lama. Antara ibu dan bayi akan terjalin kebersamaan setiap harinya. Saat-saat kebersamaan inilah yang paling tepat dijadikan momen memberikan pendidikan terbaik untuk mereka. Hal ini membuktikan, bahwa Allah memberikan payudara kepada kaum perempuan bukan hanya karena urusan reproduksi, namun juga untuk mendidik anak-anak mereka terutama di dua tahun pertama yang amat menentukan.
Kita yakini bahwa laki-laki dan perempuan berbeda. perbedan-perbedaan itu semua adalah rahmat. Perbedaan-perbedaan itu saling melengkapi, dan saling memberikan dukungan.
Perbedaan untuk kesempurnaan
Perempuan boleh-boleh saja melatih dan mengembangkan otot tubuhnya agar menjadi kuat, seperti yang dilakukan binaragawati dan atlit angkat besi, namun bukti memperlihatkan bahwa ia tak akan mampu menandingi kekuatan fisik laki-laki yang melakukan upaya serupa. Ini adalah contoh sepele yang tak bisa dibantah, bahwa memang laki-laki-lah yang harus berkewajiban mencari nafkah, dan perempuan yang dinafkahi.
Sementara perempuan yang telah dilengkapi dengan air susu, kelemahan fisik serta kelembutan tangan, kemerduan suara, segalanya tepat dimanfaatkan untuk kewajiban mendidik anak, setidaknya dua tahun pertama. Kalaupun si perempuan harus bekerja, maka pilihan terbaik adalah dengan tidak meninggalkan rumah, dalam bidang yang tak menguras tenaga fisik. Pendeknya, perempuan memang tepat untuk ditempatkan di ruang lingkup rumah dan rumah tangganya.
Akibat dari pembagian peran dan tanggung jawab sosial yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, masing-masing mengakibatkan perbedaan pula dalam berbaagi bidang lain yang terkait dengan kehidupan rumah tangga mereka.
1 Comment:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Kalau semuanya sama, Bukan kehidupan namanya itu Bro?
Salam Bhineka Tunggal Ika