Blogger Template by Blogcrowds

JAKARTA - Testimoni Antasari Azhar merupakan pernyataan yang perlu dipertanggungjawabkan dan bukan hanya dianggap sebagai pembelaan diri semata.

Demikian dikatakan anggota Komisi III DPR, Agun Gunandjar Sudarsa di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Jumat (7/8/2009).

"Saya prihatin mendalam melihat kondisi KPK saat ini meski ada pengakuan dari Antasari Azhar, pernyataan itu harus dipertanggungjawabkan. Saya salut jika ketua KPK nonaktif ini dapat membuktikan semua bukti dari pernyataannya," tutur Agun.

Anggota aktif Partai Golkar ini juga menilai bahwa kasus semula yang menyeret Antasari, yakni kasus pembunuhan Dirut PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen ini telah bergeser menjadi kasus korupsi di komisi antikorupsi itu.

"Ini yang harus dibuktikan oleh KPK. Jika merasa tidak benar tentu dapat dibawa ke meja persidangan dan diproses sehingga pernyataan dari Antasari Azhar dapat dituntut dan dipidanakan kalau memang tidak benar," tegasnya.

Meski begitu, Agung yakin kinerja keempat pimpinan KPK yang menggantikan posisi sementara Antasari masih optimal, meski tanpa Ketua KPK. (mbs)

dan sebenarnya pasti ada 2 kemungkinan:
1. emang pejuang
2. ato biar bisa ngajak temen2 ngumpul bareng nih..

jawabanya adalah tidak perlu...

Ilmu politik ato politik adalah sesuatu untuk mendapatkan kekuasaan,,, begitu deh kira kira kesimpulanya..
dari jawaban diatas kita ambil sebuah kesimpulan bahwa..negara kita adalah sebuah negara yang mana kekuasaan tertinggi ada di tanganh rakyat, yang mana rakyat memilih seorang pemimpin,yang dinamakan presiden. dan negeri ini adalah sebuah negeri yang mana kekuasaanya adalah amanat dari rakyat negeri ini..dan...

Apakah yang perlu kita pelajari ato..ketahui..

yang perlu kita pelajari ato mesti kita ketahui adalah Undang Undang...dimana undang undang di negeri ini telah diatur untuk rakyat negeri ini...dimana didalam undang undang tersebut telah disebutkan hak dan kewajiban sebagai warga negara, mulai dari A sampe Z ada kok.....tapi kenyataanya...kita belum memahami secara sepenuhnya undang undang tersebut sehingga bangsa kita masih saja disetir oleh yang namanya elite....yaitu para bangsath yang membodohi orang banyak...

jadi kesimpulanya..adalah..
1.. nggak perlu bicara politik
2.. mesti memahami UU yang telah ditetapkan
3.. bicara hanya realita aja...
4.. ...................Gampang kan...

Jum'at, 7 Agustus 2009 - 10:24 wib

(Foto: Hasiolan Siahaan/Koran SI).

JAKARTA - Setelah dikejutkan dengan meninggalnya Mbah Surip, dunia seni kembali dikejutkan dengan meninggalnya penyair ternama WS Rendra, setelah dirawat cukup lama di rumah sakit selama dua bulan terakhir.

Pria yang memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra ini lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935 dan wafat pada umur 73 tahun. Pria kerap dipanggil sebagai Si "Burung Merak".

Rendra kecil merupakan anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional. Sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya.

Bakat sastra mantan mahasiswa tidak tamat di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ini sudah terlihat saat dia duduk di bangku SMP. Saat itu dia sudah menunjukkan kemampuannya menulis puisi, cerita pendek, dan draman untuk berbagai kegiatan di sekolahnya.

Pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa dia lakukan di tahun 1952 di majalah Siasat. Setelah itu, sejumlah puisinya pun kerap muncul di berbagai majalah seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru.

Untuk drama, karya pertama kalinya adalah "Kaki Palsu" yang dia pentaskan ketika SMP. Drama yang dia pentaskan di bangku SMA, "Orang-orang di Tikungan Jalan" adalah drama pertama kalinya yang mendapatkan penghargaan dan hadiah dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Yogyakarta.

Karya Rendra juga tak hanya dikenal di dalam negeri. Banyak juga karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, dan India.

Selain itu, dia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).

Rendra sempat mendirikan grup teater di Yogyakarta di tahun 1961, tapi grup tersebut berhenti karena Rendra berangkat ke Amerika. Baru, sepulangnya dari negeri paman sam di tahun 1968, dia mendirikan grup teater bernama Bengkel Teater yang bertempat di Pancoran Mas, Depok.

Berikut karya-karya WS Rendra semasa hidup:

Drama:

1. Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
2. Bip Bop Rambaterata (Teater Mini Kata)
3. SEKDA (1977)
4. Selamatan Anak Cucu Sulaiman (dimainkan 2 kali)
5. Mastodon dan Burung Kondor (1972)
6. Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)- dimainkan dua kali
7. Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
8. Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophokles, aslinya berjudul "Oedipus Rex")
9. Lisistrata (terjemahan)
10. Odipus di Kolonus (Odipus Mangkat) (terjemahan dari karya Sophokles,
11. Antigone (terjemahan dari karya Sophokles,
12. Kasidah Barzanji (dimainkan dua kali)
13. Perang Troya Tidak Akan Meletus (terjemahan dari karya Jean Giraudoux asli dalam bahasa Prancis: "La Guerre de Troie n'aura pas lieu")
14. Panembahan Reso (1986)
15. Kisah Perjuangan Suku Naga (dimainkan 2 kali).

Puisi:

1. Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
2. Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
3. Blues untuk Bonnie
4. Empat Kumpulan Sajak
5. Jangan Takut Ibu
6. Mencari Bapak
7. Nyanyian Angsa
8. Pamphleten van een Dichter
9. Perjuangan Suku Naga
10. Pesan Pencopet kepada Pacarnya
11. Potret Pembangunan Dalam Puisi
12. Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
13. Rick dari Corona
14. Rumpun Alang-alang
15. Sajak Potret Keluarga
16. Sajak Rajawali
17. Sajak Seonggok Jagung
18. Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
19. State of Emergency
20. Surat Cinta

Salah satu putra terbaik bangsa ini telah pergi, beliau tidak hanya budayawan dan seniman , tapi juga seorang tokoh yang sangat nasionalis dan begitu cinta pada bangsa ini. dan semoga akan hadir burung burung merak yang lain yang rela berjuang demi negeri tercinta ini..............Amiin...

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda